NCN Lead x Vestalk – Investasi merupakan kegiatan dimana kita menanamkan modal pada suatu aset atau entitas tertentu dengan maksud mendapatkan keuntungan di masa depan. Pada dasarnya investasi dapat dilakukan pada banyak hal, misalkan seseorang membeli sapi yang masih kecil, lalu sapi itu dirawat dengan baik maka sapi itu akan tumbuh menjadi besar dan dapat dijual dengan nilai tinggi. Sapi tersebut dapat kita kategorikan dalam investasi karena pada saat membeli sapi kecil tersebut, uang yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan harga jual yang diperoleh.
Secara umum, investasi dikenal sebagai menanamkan modal pada instrumen investasi seperti saham, obligasi, reksa dana, dan derivatif di bursa efek. Jumlah masyarakat Indonesia yang sudah terdaftar sebagai investor pasar modal sebesar 11,5 juta (infobanknews.com), sedangkan masyarakat Indonesia sebesar 270,8 juta (bps.go.id). Berdasarkan informasi tersebut maka hanya sebesar 4% masyarakat Indonesia yang berinvestasi pada pasar modal. Dari instrumen investasi pasar modal diatas, instrumen yang paling sulit untuk dipahami adalah pasar saham karena pasar saham sendiri dapat memberikan keuntungan yang paling tinggi namun dengan risiko yang tinggi juga. Pada artikel ini saya akan memberikan pemahaman tentang sektor pasar saham yang mirip namun berbeda, yaitu sektor
Consumer Non-Cyclicals dengan Consumer Cyclicals.
Sektor Consumer Non-Cyclicals adalah kategori sektor dimana perusahaan memproduksi barang barang yang dapat dikonsumsi secara langsung oleh manusia seperti bahan bahan makanan, minuman, roti, es krim juga mie instan. Contoh-contoh perusahaan terbuka yang bergerak pada sektor ini adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang memproduksi produk seperti mie instan dengan berbagai merk, juga bahan makanan seperti penyedap makanan, tepung terigu, minyak dan lemak nabati. PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) yang memproduksi air mineral kemasan yaitu Cleo.
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang memproduksi roti kemasan dengan merek Sari Roti. Juga PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) yang memproduksi berbagai macam es krim.
Sektor Consumer Cyclicals berisi perusahaan yang memproduksi barang barang yang secara langsung maupun tidak langsung digunakan manusia seperti pakaian, perabotan rumah, peralatan, juga produk seni seperti film. Contoh-contoh perusahaan terbuka yang bergerak pada sektor ini adalah PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang merupakan perusahaan retail pakaian dan kosmetik dari berbagai merk seperti Connexion, Logo Jeans, Nevada, Maybelline, dan L’Oreal.
PT ACE Hardware Indonesia Tbk (ACES) merupakan perusahaan yang menjual produk perabotan rumah seperti peralatan elektronik, dapur, juga kamar mandi. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) merupakan perusahaan yang memproduksi barang jadi dan barang setengah jadi seperti perabotan rumah yang terbuat dari kayu. PT MD Pictures Tbk (FILM) juga merupakan perusahaan sektor consumer cyclicals yang memproduseri film seperti KKN di desa penari.
Kedua sektor ini dapat dikatakan sebagai sektor agresif dan defensif. Dilansir dari Investopedia.com, sektor Consumer Cyclicals memproduksi produk yang dapat ditunda oleh masyarakat. Sektor Consumer Cyclicals mengikuti pergerakan kondisi ekonomi. Kita ambil contoh kondisi ekonomi yang menurun drastis ketika pandemi covid-19 beberapa tahun lalu. Pada masa pandemi tersebut, masyarakat sangat tidak disarankan untuk pergi keluar, bahkan segala aktivitas dilakukan secara daring. Sektor yang lebih bisa bertahan adalah sektor Consumer Non-Cyclicals dibandingkan dengan sektor Consumer Cyclicals. Kondisi ekonomi saat pandemi covid-19 memaksa masyarakat untuk memangkas pengeluaran karena kondisi tersebut. Masyarakat lebih membeli produk konsumsi untuk bertahan hidup daripada membelanjakan uang untuk membeli produk seperti pakaian. Hal ini berpengaruh ke kinerja keuangan dari perusahaan sektor Consumer Non-Cyclicals dan Consumer Cyclicals.
Supaya kita dapat memahami dengan lebih jelas, mari kita lihat bagaimana kinerja keuangan dua perusahaan yaitu PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dari sektor Consumer Cyclicals dengan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dari sektor Consumer Non-Cyclicals yang akan dinyatakan dalam jutaan rupiah. Pendapatan yang dihasilkan oleh LPPF pada tahun 2020 menurun drastis hingga 70% dari angka Rp10.276.431 menjadi Rp3.094.173, sedangkan penurunan yang dicatat oleh ROTI hanya sekitar 3,7% dari angka Rp3.337.022 menjadi Rp3.212.035. LPPF mencatatkan kerugian operasi sebesar minus Rp870.037 pada 2020, sedangkan ROTI masih mencatatkan laba operasi sebesar Rp255.296 walaupun mengalami penurunan sebesar 28% dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp356.930. Pada tahun 2020 LPPF mencatat kerugian bersih sebesar minus Rp873.181 dimana angka ini menunjukkan penurunan sebesar 163% dibandingkan tahun 2019 yang mencatatkan keuntungan sebesar Rp1.366.884. Disisi lain, ROTI tetap mencatatkan laba sebesar Rp215.051 walau mengalami penurunan sebesar 28%.
Berdasarkan kinerja keuangan dari kedua perusahaan tersebut dapat kita lihat bahwa dalam kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil, sektor Consumer Non-Cyclicals lebih dapat bertahan dibandingkan dengan sektor Consumer Cyclicals. Nah, jika teman-teman pembaca ingin berinvestasi pada pasar saham namun masih bimbang dan tidak mahir dalam menganalisis atau ingin membuat perencanaan keuangan dulu, teman-teman dapat mengklik link dibawah ini untuk berkonsultasi